Sabtu, 31 Agustus 2013

Puncak Iman


Kamu tak kan pernah sanggup mendaki sampai ke puncak gunung iman, kecuali dengan satu kata, cinta. Imanmu hanyalah kumpulan keyakinan semu dan beku, tanpa nyawa, tanpa gerak, tanpa daya hidup, tanpa daya cipta. Kecuali, ketika ruh cinta menyentuhnya. Seketika ia hidup, bergeliat, bergerak tanpa henti, penuh vitalitas dan penuh daya cipta. Bertarung dan mengalahkan diri sendiri, angkara murka atas syahwat.
Iman itu laut, cintalah ombaknya. Iman itu api, cintalah panasnya. Iman itu angin, cintalah badainya. Iman itu salju, cintalah dinginnya. Iman itu sungai, cintalah arusnya. Seperti itulah cinta bekerja, ketika kamu harus memenangkan Allah atas dirimu sendiri, atau memenangkan iman atas syahwat.  Seperti itu pula cinta bekerja dalam diri pemuda ahli ibadah itu. Kejadiannya diriwayatkan al muharik  dari abu kamil, dari ishaq bin ibrohim, dari raja bin amr, an nasai.
Seorang pemuda kufa yang dikenal ahli ibadah, suatu saat jatuh cinta dan tergila-gila pada seorang gadis. Cintanya berbalas, gadis itu sama gilanya. Bahkan, ketika lamaran sang pemuda ditolak karna sang gadis telah dijodohkan dengan saudara sepupunya, mereka tetap nekat ternyata. Gadis itu bahkan menggoda kekasihnya. “Aku datang padamu atau kuatur cara, supaya kamu dapat menyelinap ke rumahku?”
Itu jelas-jelas syahwat. “Tidak, aku menolak kedua pilihan itu, aku takut pada neraka neraka yang nyalanya tak pernah padam”. Itu jawaban sang pemuda yang menghentak sang gadis. Pemuda itu memenangkan iman atas syahwatnya dengan kekuatan cinta.
“Jadi, dia masih takut pada Allah” gumam sang gadis. Seketika itu ia tersadar, dan dunia tiba-tiba jadi kerdil dimatanya. Iapun bertaubat, dan kemudian mewakafkan dirinya untuk ibadah. Tapi cintanya pada sang pemuda tidak mati. Cintanya berubah jadi rindu yang mengelana dalam jiwa dan doa-doanya. Tubuhnya luluh lantak didera rindu, ia mati akhirnya.
Sang pemuda terhenyak, itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua cintanya. Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindu dan doa-doanya. Sampai suatu saat ia tertidur diatas kuburan gadisnya. Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya, Cantik, sangat cantik.
“apa kabar, bagaimana keadaanmu setelah kepergianku?” Tanya sang gadis
“baik-baik saja, kamu sendiri disana bagaimana?” jawabnya sambil balik bertanya.
“aku disini dalam surga abadi, dalam nikmat, dan hidup tanpa akhir” jawab gadisnya.
“doakan aku, jangan pernah lupa padaku, aku selalu ingat padamu, kapan aku bisa bertemu denganmu?” Tanya sang pemuda lagi.
“aku juga tidak pernah lupa padamu, aku selalu berdoa agar Allah meyatukan kita di surga, teruslah beribadah, sebentar lagi kamu akan menyusulku”. Jawab sang gadis.
Hanya tujuh malam, setelah mimpi itu sang pemuda menemui ajalnya. Atas nama cinta ia memenangkan Allah atas dirinya sendiri, memenangkan iman atas syahwatnya sendiri. Atas nama cinta pula, Allah mempertemukan mereka. Cinta, lalu bekerja dengan cara itu. ^^ (Anis Matta)