Minggu, 08 Desember 2013

Cemburu Gue Banget

“Praaaaaang” piring itu seketika pecah. Wajah Aisyah telah memerah.
“Wahai Rasulullah, bla bla bla bla” ia berkata pada suaminya ini dan itu di depan ayah dan pelayannya.
Abu Bakar sang ayah marah, hampir-hampir menjitak kepala Aisyah. “mengapa engkau berkata begitu pada Rasulullah?”

Rasulullah gemas melihatnya, dengan senyum yang tenang beliau mengatakan “sesungguhnya ummul mukminin sedang cemburu.

            Seorang teman bertanya pada ustad dalam suatu kajian, “ustad, bagaimana Rasulullah menghadapi istri-istrinya yang cemburu? Apakah diam, nggak suka, atau semakin cinta?” #gubrak. Sang ustad tersenyum, “haduh pertanyaanya menjebak saya ini, hehehe”. He’em sih, pikir saya tu anak keren banget pertanyaannya. Ustad menjawabnya dengan bijak “terdapat dalam diri Rasulullah teladan yang baik. Rasulullah adalah sebaik-baik suami, adil dalam bersikap terhadap istri-istrinya, dan rumah tangga terbaik adalah rumah tangga nabi. Ya, semakin cinta, istri-istri nabi tetap memilih tinggal bersama nabi ketika diberikan pilihan kepada mereka dari Allah melalui surat Al Ahzab. Masalahnya apakah suami-suami zaman sekarang bisa seperti Rasulullah?.”

            Heee #nyengir saya. Jadi teringat cerita dari mbak guru ngaji saya dalam suatu pertemuan halaqoh (mbaknya sudah menikah dan punya anak). Ada seorang suami yang telah beberapa tahun menikah, namun belum juga bisa mencintai istrinya. Bukan karena istrinya tidak cantik atau istrinya tidak baik, namun karena istrinya tidak pernah menunjukkan perasaan cemburu saat sang suami berinteraksi dengan perempuan lain entah di kantor, di kegiatan masyarakat, dll. Istrinya merasa biasa saja, karena memang karakter istrinya sebelum menikah sangat militan. Saya semakin tidak percaya, “masa sih mbak suami itu suka kalau istrinya cemburuan?”

            Si embak menjawab “ya, cemburu adalah tanda cinta. Ia menjadi kebaikan saat diberikan dalam takaran yang tepat dan kepada orang yang tepat. Seorang suami akan merasa dicintai apabila istrinya cemburu padanya (ada rasa membutuhkan suaminya dan tidak ingin ada pihak ketiga antara ia dan suaminya).” Ah so sweet ya. Saya malah jadi senyum-senyum sendiri waktu itu.

Teringat juga kisah Aisyah membuntuti Rasulullah yang sedang pergi ke makam Baqi’. Ketika itu Aisyah berpikir Rasulullah akan pergi ke rumah istri-istrinya yang lain. Setelah pikiran Aisyah tak terbukti dan setelah Rasulullah menjelaskan bahwa ternyata beliau mendapat panggilan dari Jibril, yang ada diantara keduanya adalah ledakan kebahagiaan dan sesuatu yang lucu untuk dikenang.

Cemburu itu katanya identik dengan perempuan? Ya nggak sih? Kenapa begitu ya? Kali ini teman saya yang menjawab: “karena pada diri perempuan shalihat tidak ada celah bagi suaminya untuk merasakan cemburu. Ia hanya patuh dan mencintai suaminya saja. Melayani suaminya saat bersama, dan menjaga kehormatan suaminya saat berpisah” oh gitu, iya ya.. “kalau laki-laki kan diluar Lan, interaksi sama orang lain banyak, di tempat kerja banyak perempuan, di jalan banyak perempuan, di sosmed banyak teman perempuan, ngelike status aja kadang jadi masalah, jadi kemungkinan cemburu bagi perempuan lebih banyak” wkwkwkwk saya tertawa geli mengingat ia akan menikah dalam waktu dekat (mohon doanya).

Ah ya, ternyata ada hadist yang menyatakan bahwa seorang laki-laki juga harus cemburu pada istrinya. Sa’ad bin Ubadah ra. Berkata “seandainya seorang pria bersama istriku, niscaya aku akan melibas pria itu dengan pedang. Nabi SAW bersabda: “apakah kalian merasa heran dengan cemburunya Sa’ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Sa’ad, dan Allah lebih cemburu daripadaku.” (HR . Bukhari dan Muslim).

Cemburu menjadi sesuatu yang tidak baik ketika ia adalah sesuatu yang pasti. Maksudnya telah jelas terbukti kebenarannya. Benar-benar selingkuh misalnya. Hal tersebut adalah cemburu yang tidak disukai oleh Allah. Cemburu buta (berlebihan) juga tidak disukai oleh Allah. Cemburu buta hanya akan berujung pada kegelapan. Saya pernah mendengar kisah seorang istri yang tega membakar suaminya sendiri karena cemburu dan tidak ditelusuri terlebih dahulu benang merah permasalahannya. Ciri dari cemburu buta alias posesif antara lain: memonitor pasangan setiap waktu (kamu dimana, dengan siapa, lagi ngapain, hee), tidak tenang, kasar (sering marah, berteriak, merusak barang, memukul, dll), tidak mau mengakui kesalahan, dan selalu ingin diajak kemanapun dan kapanpun. Huft.

Lalu, bagaimana mengatasi cemburu buta? Yang pertama adalah mendekatkan diri kepada Allah, kedua, mendoakan yang baik-baik pada pasangannya, ketiga, berprasangka baik alias positif thingking, keempat qana’ah (menerima segala ketetapan Allah dengan lapang dada), ditambah lagi mengingat kematian dan hari akhir serta menghindari pergaulan yang buruk, lalu, mengingat sejuta kebaikan yang dilakukan pasangan, dan yang paling teknis adalah membangun keterbukaan dan kepercayaan terhadap pasangan. Ok.

Kok saya sok tahu banget ya, biar deh, semoga bermanfaat, wallahualam bish showab ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar