Rabu, 02 April 2014

Lost in Bandung, Bandungsche Melk Centrale



         Hai, masih membicarakan Bandung kawans, kali ini mengenai BMC singkatan dari Bandungsche Melk Centrale, sebuah restoran terkenal di Bandung sejak 1928. Luamanyaaa, sejak jaman penjajahan Belanda udah ada to? Ya, masih tertinggal nuansanya, walaupun gedungnya sudah dipugar habis-habis (eh, emangnya candi). Meski demikian, arsitekturnya dipertahankan terlihat “bangunan Belanda” banget. Tak heran, banyak turis mancanegara yang mengunjungi restoran ini. Wisatawan domestik yang penasaran juga berkunjung, termasuk saya, he2.

Sejarah dulu ya, BMC ini dulunya merupakan satu-satunya pusat pengolah susu di Bandung, bahkan mungkin di Indonesia, eh belum ding, masih Hindia Belanda waktu itu. Siapa pemiliknya? Pastilah milik orang Belanda, konon katanya pemiliknya adalah orang Boer seorang keturunan Belanda yang tinggal di Afrika Selatan.
       Kata dosen saya, dulu pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan mengenai pentingnya mengkonsumsi susu pada awal abad 20an. Belanda yang datang ke Indonesia membawa sapi perah Fresian Holstein (Fries Holland) milik mereka ke Indonesia. Oleh karena Belanda adalah negara beriklim sub tropis, maka sapi perah yang dikirim ke Indonesia hanya bisa beradaptasi di lingkungan yang sejuk dan dingin.Begitulah awal mula masuknya sapi perah dan susu ke Indonesia.
           Lantas? Oh pasti hal tersebut menguntungkan BMC. Jadilah BMC mengalami masa kejayaannya pada masa itu. Bandung Utara dan Bandung Selatan yang merupakan kawasan pegunungan yang cocok untuk peternakan sapi perah adalah pemasok utama susu ke BMC. Yah yang punya peralatan pendingin, pasteurizer, ice cream maker canggih jaman dulu ya cuma orang Belanda toh. Ketika itu, BMC mengolah susu menjadi aneka produk seperti mentega, keju, es krim, dan susu coklat. hmmm, keren.
            Namun seiring berjalannya waktu, Indonesia merdeka. Industri-industri besar didirikan. Semakin kesini kita mengenal beberapa Industri Pengolahan Susu (IPS) di beberapa daerah. Kau tahu, tak ada satupun pemiliknya yang merupakan orang Indonesia. Huft, semuanya lagi-lagi dikuasai asing. BMC sendiri akhirnya justru berubah menjadi restoran terkenal yang tak hanya menyediakan produk olahan susu. Serta yang disayangkan, tak ada lagi kebijakan mengenai kewajiban minum susu setiap hari.
Yah, beginilah adanya. Tak perlu disesali, tapi coba kita pikirkan bagaimana solusinya. Saya jadi mikir, minum susu tuh penting nggak sih? PR ya. He2. Believe or not, susu itu disebutkan secara istimewa di dalam Al Quran. Tak percaya? Lihat aja, surat An Nahl, 66.
Okay, sekarang kita bicara mengenai menu restoran BMC. Disini disediakan aneka produk olahan susu antara lain susu pasteurisasi, yoghurt, kefir, dan milkshake. Semuanya tersedia dalam berbagai varian rasa. Ada stroberi, vanilla, coklat, kopi, mocca, dll. Untuk makanan yang disediakan hampir sama seperti warung makan yang lain, ada nasi goreng, olahan mie, sup, dll. Harga? jangan tanya. Baru kali itu saya seporsi makan berharga Rp. 53.000,-. Bagi saya mahal banget, tapi barangkali memang segitu harga restoran. Ah ya, ada pajaknya, itu tak boleh kita lupakan kalo makan di sebuah resto.
Well, overall BMC itu, bangunan tua bersejarah yang romantis, tempat yang indah untuk menikmati sajian istimewa. Visit BMC, Jalan Aceh no. 30 Bandung (Samping masjid Al Ukhuwah) sejalan dengan Crayon’s Craft n co.

 Selamat menikmati produk olahan susu BMC
Ayo, gemar minum susu!
Bangsa semakin maju, bangsa semakin bermutu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar