Senin, 24 Februari 2014

Jogja, Istimewa

Jogja istimewa.. Jogja memang istimewa. Bapak yang tak tinggal di Jogja pun mengatakan bahwa Jogja adalah kota yang nyaman, seperti jargonnya: Yogyakarta berhati nyaman.

Dulu saat belum lulus, saya sering mendengar ungkapan kerinduan dari kakak2 rantau akan kota ini. Banyak sekali yang mengatakan ingin untuk kembali ke Jogja, menetap di Jogja, suatu saat nanti. Hmmm, sekarang, saat ijazah telah di tangan, saya merasakan juga.. ^^ baru sadar kalau disini hanya sementara, numpang minum, haus ilmu, aamin.
Saat sudah akan meninggalkannya, baru terasa, bahwa cinta yang saya miliki semakin dalam. Pada keramahannya, semangatnya, budayanya, persahabatannya, pada semuanya. Setiap sudut jalan-jalan yang pernah saya lewati, lampu-lampu sore yang menyala, menjadi saksi bisu akan romantisme perjuangan kami di kota ini. Riuh ramai aktivitas kampus siang hari, juga malam-malam yang terjaga oleh segudang tugas, menyisakan sejuta kenangan indah.
Banyak tempat-tempat penuh kenangan di kota ini. Kos yang menjadi pelepas lelah, selalu menyenangkan untuk berbagi cerita ringan. Masjid Mardliyyah dengan KRPHnya yang selalu saya rindukan, saat malu-malu menjadi mc di hari selasa. Toko Jolie dan Narwastu, tempat saya membeli bermacam perlengkapan untuk mengekspresikan hobi membuat kerajinan. Toko Karita, yang selalu bikin lapar mata. Stasiun Tugu, kawasan Lempuyangan, juga Kotabaru, barangkali sering geleng-geleng melihat bodohnya tingkah saya. Kampus tentunya, penuh cerita tentang saya dengan orang-orang yang saya sayangi.
Saat wisuda kemarin, terasa sekali kenangannya. Mungkin begitu, saat kita akan mati. Memori-momori sejak kita dilahirkan sampai detik-detik menjelang kematian akan dimunculkan satu demi satu dengan sejelas-jelasnya. Tangis, tawa, suka, duka, orang-orang yang kita sayangi seperti melayang-layang di langit-langit Grha Sabha Pramana menunjuk-nunjuk diri saya yang berada diantara seribuan wisudawan wisudawati yang lain. Kenangan itu seakan-akan berkata “kamu akan meninggalkan semuanya, sekarang rasakanlah balasan dari perbuatanmu!”.
Sungguh saya merasakannya, merasakan balasan atas yang saya lakukan selama ini. Merasakan senyum tercantik almh. Ibu hadir disamping saya. Juga merasakan sedihnya akan berpisah jarak dengan para sahabat. Pahit manis 4,5 tahun saya dan teman-teman di kota ini barangkali telah mendewasakan, mendekatkan yang jauh, memahamkan yang belum dipahami, menjadi pelaku saat dulu hanya menjadi penonton, dan pastinya menyadarkan bahwa masing-masing kita punya jalan cerita dari yang Maha Segala-galanya.
Terimakasih Jogjaku, dimanapun saya berada kelak, saya selalu berdoa agar Allah menyampaikan rindu saya padamu. Tetaplah berhati nyaman, pada setiap insan yang datang padamu, yang ingin meraih mimpi kecilnya di dunia ini, yang ingin membahagiakan kedua orang tuannya, yang rindu pada Tuhannya. Juga teruslah menjadi yang teristimewa, bagi setiap yang datang padamu, yang sekedar ingin melepas penat bersama keluarganya, yang ingin mencicipi manisnya bulan madu bagi pengantin muda, juga turis mancanegara.
Kami telah berjanji, memenuhi panggilan bangsa ini. Dengan segenap kemampuan dari ilmu yang kami peroleh bersamamu. Semoga berkah ya. Saya berharap Allah mempertemukan kita kembali, dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

Kamar kos, jelang dhuhur
25 Februari 2014

2 komentar: