Jogja
istimewa.. Jogja memang istimewa. Bapak yang tak tinggal di Jogja
pun mengatakan bahwa Jogja adalah kota yang nyaman, seperti jargonnya:
Yogyakarta berhati nyaman.
Dulu
saat belum lulus, saya sering mendengar ungkapan kerinduan dari kakak2 rantau
akan kota ini. Banyak sekali yang mengatakan ingin untuk kembali ke Jogja,
menetap di Jogja, suatu saat nanti. Hmmm, sekarang, saat ijazah telah di
tangan, saya merasakan juga.. ^^ baru sadar kalau disini hanya sementara, numpang
minum, haus ilmu, aamin.
Saat
sudah akan meninggalkannya, baru terasa, bahwa cinta yang saya miliki semakin
dalam. Pada keramahannya, semangatnya, budayanya, persahabatannya, pada
semuanya. Setiap sudut jalan-jalan yang pernah saya lewati, lampu-lampu sore
yang menyala, menjadi saksi bisu akan romantisme perjuangan kami di kota ini.
Riuh ramai aktivitas kampus siang hari, juga malam-malam yang terjaga oleh
segudang tugas, menyisakan sejuta kenangan indah.
Banyak
tempat-tempat penuh kenangan di kota ini. Kos yang menjadi pelepas lelah, selalu
menyenangkan untuk berbagi cerita ringan. Masjid
Mardliyyah dengan KRPHnya yang selalu saya rindukan, saat malu-malu menjadi mc
di hari selasa. Toko Jolie dan Narwastu, tempat saya membeli bermacam
perlengkapan untuk mengekspresikan hobi membuat kerajinan. Toko Karita, yang
selalu bikin lapar mata. Stasiun Tugu, kawasan Lempuyangan, juga Kotabaru,
barangkali sering geleng-geleng melihat bodohnya tingkah saya. Kampus tentunya,
penuh cerita tentang saya dengan orang-orang yang saya sayangi.
Saat
wisuda kemarin, terasa sekali kenangannya. Mungkin begitu, saat kita akan mati.
Memori-momori sejak kita dilahirkan sampai detik-detik menjelang kematian akan
dimunculkan satu demi satu dengan sejelas-jelasnya. Tangis, tawa, suka, duka, orang-orang
yang kita sayangi seperti melayang-layang di langit-langit Grha Sabha Pramana
menunjuk-nunjuk diri saya yang berada diantara seribuan wisudawan wisudawati
yang lain. Kenangan itu seakan-akan berkata “kamu akan meninggalkan semuanya,
sekarang rasakanlah balasan dari perbuatanmu!”.
Sungguh
saya merasakannya, merasakan balasan atas yang saya lakukan selama ini. Merasakan
senyum tercantik almh. Ibu hadir disamping saya. Juga merasakan sedihnya akan
berpisah jarak dengan para sahabat. Pahit manis 4,5 tahun saya dan teman-teman
di kota ini barangkali telah mendewasakan, mendekatkan yang jauh, memahamkan
yang belum dipahami, menjadi pelaku saat dulu hanya menjadi penonton, dan
pastinya menyadarkan bahwa masing-masing kita punya jalan cerita dari yang Maha
Segala-galanya.
Terimakasih
Jogjaku, dimanapun saya berada kelak, saya selalu berdoa agar Allah
menyampaikan rindu saya padamu. Tetaplah berhati nyaman, pada setiap insan yang
datang padamu, yang ingin meraih mimpi kecilnya di dunia ini, yang ingin
membahagiakan kedua orang tuannya, yang rindu pada Tuhannya. Juga teruslah
menjadi yang teristimewa, bagi setiap yang datang padamu, yang sekedar ingin
melepas penat bersama keluarganya, yang ingin mencicipi manisnya bulan madu
bagi pengantin muda, juga turis mancanegara.
Kami
telah berjanji, memenuhi panggilan bangsa ini. Dengan segenap kemampuan dari
ilmu yang kami peroleh bersamamu. Semoga berkah ya. Saya berharap Allah
mempertemukan kita kembali, dalam keadaan yang sebaik-baiknya.
Kamar kos, jelang dhuhur
25
Februari 2014
wulaaaan :D :D :D
BalasHapushehehehehe :D :D :D blogmu bagus saaay
BalasHapus