Minggu, 17 November 2013

Hadist arbain no.1 -Kedudukan Niat-

“Dari amirul mukminin abu Hafsah Umar ibnu Khatab radhiyallahuan mengatakan : Rasulullah SAW mengatakan, setiap amalan bergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya menuju keridhaan Allah dan Rasulnya. Barangsiapa yang berhijrah karena mencari dunia, atau menginginkan wanita untuk dinikahinya, maka hijrahnya tersebut pada apa yang ia tuju”. (HR. Bukhari dan Muslim)

            Yang dimaksud dengan niat adalah dengan kesungguhan hati menyengaja atau menginginkan untuk mengerjakan suatu amalan. Niat dihitung tidak berdasarkan kalimat yang dilisankan melainkan dari apa yang menjadi kenyataan dalam hati. Sehingga apabila seseorang mengatakan atau mengerjakan A padahal didalam hatinya B maka yang dinilai adalah B.
            Suatu niat dalam hal beribadah haruslah ikhlas sampai ke dalam hati. Tidak akan sempurna amal seseorang apabila tidak dilandasi dengan niat yang ikhlas dalam hatinya. Niat yang ikhlas berarti hanya dikhususkan kepada Allah sebagai tujuannya.
            Allah yang Maha Baik menilai niat-niat baik kita dengan amalan yang sempurna meskipun niat tersebut belum dapat terwujud. Dalam suatu hadits muttafaqun alaih Rasul SAW bersabda, “barangsiapa yang bercita-cita hendak mengerjakan kebaikan tetapi belum mengamalkannya, Allah mencatat bagi orang tersebut dengan kebaikan yang sempurna”. Disisi lain, setiap niat yang buruk, tidak akan dinilai buruk oleh Allah selama belum dilakukan dan masih berada di dalam hati.
            Setiap perbuatan yang kita lakukan bisa menjadi bernilai ibadah apabila diniatkan lillahi ta’ala. Bekerja sehari-hari yang merupakan kewajiban untuk menghidupi keluarga akan bernilai ibadah apabila diniatkan untuk menghindari penghasilan yang haram. Seorang mahasiswa yang menuntut ilmu juga akan bernilai ibadah apabila diniatkan untuk menghindari kebodohan. Dengan niat yang ikhlas karena Allah, semuanya kembali kepada Allah sebagai bentuk penghambaan manusia sebagai makhlukNya.
            Niat yang ikhlas juga harus dibersamai dengan memahami ilmu dalam mengerjakan suatu amalan. Dan kita hanya boleh melakukan suatu amalan seperti yang diteladankan oleh Rasul SAW. Rasul SAW bersabda “barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut ditolak”. (HR Muslim).
Setiap saat sebaiknya kita harus selalu memperbaiki niat. Manusia senantiasa berputar dalam menjalankan roda kehidupan, kadang diatas kadang dibawah. Bisa saja, niat yang awalnya baik diuji dengan hal-hal yang tak terduga. Disisi lain, setan tak pernah berhenti mengganggu manusia. Godaan niat dalam beramal antara lain:
a)    Ujub, yaitu merasa kagum terhadap amal yang bisa dilakukan oleh dirinya, menutup diri dari kritik dan saran orang lain.
b)    Takabur, yaitu menyombongkan diri atas amal yang telah dilakukan.
c)    Riya’, yaitu mengharapkan penilaian manusia atas amal yang dilakukannya.
Selagi Allah SWT masih memberikan umur untuk hidup, maka tak ada lagi waktu untuk menunda menyegerakan diri beramal shalih sebanyak-banyaknya dengan niat menghamba padaNya. Dengan menyadari keagungan Allah dan betapa kecilnya kita dimataNya, maka semoga setiap saat terlewatkan dengan rasa yang takut kepada Allah dan hanya mengharap kepadaNya. Wallahualam. Jazakumullahu khairan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar