Bernostalgia di kawasan saya menjalankan
Praktek Kerja Lapangan tahun 2013 kemarin di Koperasi Peternakan Bandung
Selatan (KPBS). Melihat kembali hamparan kebun-kebun hijau, sapi-sapi yang
begitu berbaik hati, bahasa yang lama tak saya dengar, orang-orang yang
sederhana dibalik rumah yang dibuat sehangat mungkin, rasanya sungguh luar
biasa. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Pada
tahu nggak ya kalau PT Ultra Jaya Milk Industry punya peternakan sendiri? Salah satu Industri Pengolah Susu (IPS)
termasyhur di Indonesia itu bahan baku utamanya (susu segar) diproduksi sendiri
kawans. Lokasi peternakannya di Dsn. Cieurih, Desa Marga Mekar, Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung (sekitar 1400 MDPL). Ada kurang lebih 2500 ekor
populasi sapi milik PT UPBS di tempat yang sejuk nan dingin ini. Bisa
dibayangkan, berapa luas peternakannya? Berhektar-hektar, aduh saya lupa nanya.
Berada
di wilayah kerja KPBS menyebabkan kandang besar PT Ultra Jaya ini menjalin
hubungan kerjasama. Jadilah KPBS menjadi rekan bisnis yang baik bagi Ultra
Jaya. Tanki-tanki yang digunakan untuk menyetor susu dari kandang UPBS ke
pabrik di Padalarang menggunakan tanki milik KPBS. Sebagai imbasnya susu segar
dari para peternak anggota KPBS hampir 70%nya disetor dan diterima Ultra Jaya untuk diolah lanjut (sering loh
IPS menolak bahan baku susu dari peternak rakyat karena kualitasnya dibawah
standar). Dengan demikian, Ultra Jaya secara rutin terus mengadakan pengawasan
dan peningkatan mutu susu di tingkat peternak dan koperasi. Makin pinter, makin
maju ya.
Ngomongin
UPBS nih, kita bicara mengenai industri ternak perah modern. Pendataan (recording), pemerahan (milking), pemberian pakan (feeding), pembersihan kandang,
pengobatan penyakit, manajemen reproduksi, hampir semua pekerjaan diperingan
dan dipermudah oleh mesin dan teknologi. Kurang lebih seperti yang dijelaskan
dosen waktu kuliah, tapi jadi lebih paham setelah melihat langsung turun ke
kandang. Ini nih, sedikit ilmu yang bisa saya bagikan dari UPBS:
Di
peternakan sapi perah kita akan mengenal istilah calf (pedet), heifer (sapi
dara siap kawin), lactating cow (sapi
betina yang memproduksi susu setelah beranak), bull (pejantan),dan dry
pregnant cow (sapi yang bunting tua disiapkan untuk beranak). Kenalan dulu
yuk:
|
Big bull |
Bull. Pejantan ini digunakan PT UPBS
untuk reproduksi secara kawin alami. Biasanya ada sebagian betina yang tidak
berhasil dikawinkan secara inseminasi buatan. Bull dipilih sesuai silsilah keturunannya yang menghasilkan susu
dengan kualitas dan kuantitas terbaik. Bull
ini lebih tinggi dari saya, heu2, serem pisan. Jangan dekat-dekat, galak.
|
lactating cow |
Lactating cow. Inilah betina-betina cantik milik PT UPBS. Produksi susunya
rata-rata 30 sampai 40 liter per hari. Sama seperti mamalia lain, sapi perah
menghasilkan susu (laktasi) setelah beranak. Masa laktasinya satu tahun.
|
calf |
Calf. Ini pedet-pedet milik PT UPBS. Biasanya yang jantan segera dijual
untuk digemukkan dan dipotong. Betina yang terseleksi dibesarkan dan
dipelihara. Pedet yang baru lahir diberi makan secara bertahap, minum kolostrum
(susu masa awal laktasi) dari induk, lalu diberi konsentrat, dan setelah
beberapa bulan dilatih makan rumput untuk perkembangan rumen (saluran
pencernaannya).
Manajemen
Pemerahan
Proses pemerahan dilakukan dengan
menggunakan mesin. Mesin ini disebut milking
parlour. Pipa-pipa yang digunakan untuk menyedot susu berhubungan langsung
dengan plate cooler (lempeng-lempeng)
pendingin, lalu berlanjut ke storage tank
(tanki penyimpan sementara). Dengan demikian, susu yang disimpan sudah
dalam keadaan dingin dan tidak tersentuh tangan, sehingga higienis dan
kontaminasi mikrobia dapat diminimalkan. Nilai gizi susu tinggi menyebabkan
susu menjadi sumber nutrient yang baik bagi perkembangbiakan mikrobia.
Sapi-sapi di UPBS sudah terlatih, mereka tahu kapan harus datang ke parlour tepat sesuai jadwal. Ya, karena
kalau ambingnya udah penuh, ia menjadi tak nyaman dan susunya harus segera
diperah.
Manajemen
Pakan
Ini nih traktor pengangkut pakan.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat yang proporsinya disesuaikan
dengan produksi susu. Hijauan yang diberikan antara lain rumput gajah, tebon
jagung, alfalfa, dsb. Hijauan diberikan segar yang dicacah atau berupa silase (difermentasi dulu) bila stok
pakan segar sedikit (biasanya musim kemarau). Btw, pakan itu bisa mencapai 70% biaya produksi. Selisih sedikit
saja harga pakan bisa sangat berpengaruh pada keuntungan. Emang deh, nggak
berlebihan kalau nutrisionis digaji mahal. Menyusun ransum pakan itu paduan
antara seni dan kejeniusan.
Manajemen
Kesehatan
Sapi-sapi ini sedang dalam
pengobatan yang ditangani oleh dokter hewan. Penyakit yang sering dialami sapi
perah adalah mastitis. Mastitis
adalah penyakit yang menyerang ambing dan puting sapi disebabkan oleh bakteri
salah satunya Staphylococcus aureus.
Mastitis biasanya terjadi karena kandang yang tidak bersih, atau pemerahan
yang tidak sempurna (masih ada sisa susu yang menempel sehingga puting
terkontaminasi). Kalau sapi sudah terkena mastitis, susu tidak bisa diminum,
kadang bercampur dengan darah. Selain rugi dari segi ekonomi, penyembuhan
mastitis membutuhkan waktu yang lama sampai beberapa bulan. Selain mastitis,
biasanya terjadi fraktur (patah
tulang) karena kepleset atau dinaiki temannya.
Manajemen
recording
Wah semua sapi di UPBS ini
dilengkapi dengan sensor data di telinganya. Tertulis disana, namanya siapa,
keturunan dari siapa, kapan lahirnya, riwayat penyakitnya, produksi susunya,
dll. Hmm, how can? That is, kecanggihan teknologi.
Manajemen
reproduksi
Ini foto mamah Asre setelah lahiran
anaknya. Kebetulan lahir sungsang,
ekornya duluan, wehe, malu mungkin mau melihat dunia. Secara naluri induk akan
segera menghilangkan lendir yang menempel di tubuh anaknya menggunakan lidah.
Wah, mamah Asre mothering ability nya
tinggi. Ada foto proses kelahirannya lengkap, tapi mau saya upload khawatir pada takut.
Perkawinan dilakukan secara
inseminasi buatan dan alami dengan cara memasukkan bull pada kandang. Selama bunting hingga beranak dikontrol oleh
dokter hewan. Hayo siapa tahu berapa lama sapi bunting? Yupz, persis seperti
manusia, sekitar sembilan bulan sepuluh hari. Sekali kebuntingan, jumlah pedet
yang bisa dilahirkan (litter size)
cuma satu. Kalo lahir kembar biasanya jarang bertahan hidup. Dua bulan jelang
beranak (tujuh bulan masa bunting) sapi-sapi ini dikeringkan (nggak diperah
susunya) dikenal dengan istilah dry
pregnant cow, dengan tujuan untuk mempersiapkan kelahiran anaknya. Biar fit
gitu deh.
Itulah sedikit yang bisa saya
bagikan dari PT UPBS. Mereka sapi, makannya rumput kasar yang tidak enak, yang
dikeluarin susu yang bermanfaat. Kita manusia, makanannya enak-enak. Habis
makan apa yang dikeluarin? Ih jijik, kita aja yang punya jijik. Coba kalau
kotoran-kotoran itu dikumpulin sepanjang hidup kita seberapa banyak? Apakah
kamu tidak berpikir?
Teruslah belajar selagi Allah masih memberi napas.
Hidup peternakan Indonesia!
Hidup industri persusuan nusantara!