-wisata jelajah sejarah-
Wah, kalau pelajaran sejarah itu
jalan-jalan, kalau pelajaran sejarah itu tak sekedar membaca tulisan untuk
dihafalkan ketika ujian, kalau pelajaran sejarah itu mau meresapi dalam hati,
lebih baik pasti ya. Dalam perjalanan di Bandung kemarin, saya mencoba tak
melupakan sejarah besar yang terjadi di Jl Asia Afrika. Saya akui, dulu waktu
SMP mendapatkan pelajaran ini, buat saya yang penting tahu kapan dan dimana
Konferensi Asia Afrika diselenggarakan, negara mana saja yang hadir, siapa
wakil dari Indonesia, dan apa isi Dasasila Bandung, demi nilai rapot yang
bagus. Tahu nggak sih itu tuh nggak cuma untuk dihafalkan wulan? kok baru
nyadar sekarang ya, huft.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia
Afrika adalah sebuah konferensi yang dihadiri oleh wakil dari 29 negara di Asia
dan Afrika yang baru mendapatkan KEMERDEKAANNYA. Konferensi ini diselenggarakan
di GEDUNG MERDEKA Bandung, pada tanggal 18-24 April tahun 1955. Konferensi ini
diselenggarakan untuk membahas mengenai hak-hak kemerdekaan negara-negara
terjajah, anti kolonialis, anti imperialis, serta mempromosikan kerjasama
ekonomi dan budaya diantara negara peserta. Konferensi ini menghasilkan 10 poin
keputusan yang dikenal dengan apa? Ya, Dasasila Bandung. Apa aja isinya? Hmm,
nggak hafal, tapi intinya tentang perdamaian dunia.
Berikut ini foto gedung merdeka yang
saya ambil. Ingin mengunjungi museumnya tapi tutup karena libur hari raya
nyepi.
gedung merdeka sekarang |
Berjalan ke kanan (arah barat) dari
gedung merdeka kita akan melihat Kantor Pos Besar Bandung dan Hotel Swarha.
Lihatlah bangunan hotel Swarha. Kok jelek? Kok nggak terawat ya? Huruf “W” nya
sudah tidak sempurna dimakan waktu. Rupanya, sejarah menyatakan bahwa hotel ini
dulunya digunakan sebagai tempat menginap para tamu negara peserta Konferensi
Asia Afrika. Dulu hotel ini disebut Swarha Islamic. Benar saja, selain tepat
berhimpitan dengan Masjid Agung Bandung, hotel ini kalau diamati arsitekturnya
bergaya timur tengah, hmm, dan bukannya peserta konferensi rata-rata dari
negara muslim?
Hotel Swarha, look!! |
masjid agung |
kantor pos besar |
Sayang sekali, Hotel Swarha saat ini dibiarkan
begitu saja. Mirip rumah hantu di jantung kota, hihihi. Bagian bawah gedung ini
hanya digunakan sebagai toko kain. Ah ya, Hotel Swarha konon dulunya juga
digunakan sebagai media centernya para jurnalis yang meliput Konferensi Asia
Afrika. Why? Hmm, karena letaknya strategis dan dekat dengan Kantor Pos Besar.
Bukannya yang demikian memudahkan untuk mengirim liputan? Jaman dulu, belum ada
internet, pakai surat elektronik alias telegram. Subhanallah, kemajuan
teknologi, sekarang informasi begitu mudah kita dapatkan.
. Lalu, apabila kita berjalan ke kiri
(arah timur) dari gedung merdeka, kita akan menemukan Hotel Savoy Homann dan
Bandung kilometer nol. Sama seperti Hotel Swarha, Hotel Savoy Homann dulunya
juga digunakan sebagai tempat penginapan yang dibooking oleh panitia Konferensi
Asia Afrika. Hotel berbintang empat dengan arsitektur yang bentuknya seperti
gelombang ini sampai sekarang masih berdiri megah. Walaupun tak setinggi Hyatt,
The Aamaroosa, Arion Swiss, atau yang lain, hotel ini meninggalkan kenangan
sejarah tersendiri yang membuatnya bernilai mahal. Tarifnya per
malam mulai Rp. 1.200.000,-. Dulunya Hotel ini milik pribadi keluarga Homann dari Jerman. Nyonya
Homann terkenal dengan masakannya yang sangat lezat. Namun setelah kemerdekaan
mereka kembali ke Jerman dan hotel ini dibeli oleh grup hotel bidakara sehingga
namannya saat ini adalah Savoy Homann Bidakara Hotel. Hmm, suatu saat menginap
disini, Mau? Hihi.
hotel Savoy Homann |
Bandung nol kilometer |
Bandung kilometer nol terletak tak
jauh di seberang hotel Savoy Homann persis di depan kantor bina marga Propinsi
Jawa Barat. Bila teman-teman ingat Mr. Deandels seorang jenderal Belanda yang
merintis kerja paksa Anyer-Panarukan itu, dialah yang dulunya bersumpah, “bila
aku kembali kesini, titik ini haruslah sudah menjadi sebuah kota”. Nah, begitulah
cerita asal muasal titik nol kilometer Bandung.
Masih banyak gedung-gedung
bersejarah lainnya di Jalan Asia Afrika yang belum saya pahami ceritanya. Just that, yang baru saya tahu. Pastilah
masih sangat banyak, pembelajaran sejarah yang mengagumkan lainnya. Semoga,
terus ada semangat untuk menyelami sejarah di setiap sudut negeri kita. Semoga
juga, terus ada rasa peduli, untuk meresapi perjuangan para pahlawan.
Bagaimana,
siap menjelajah tempat-tempat bersejarah yang lain?
Semangat
Pagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar