Hai, masih membicarakan Bandung kawans, kali ini
mengenai BMC singkatan dari Bandungsche
Melk Centrale, sebuah restoran terkenal di Bandung sejak 1928. Luamanyaaa, sejak jaman
penjajahan Belanda udah ada to? Ya, masih tertinggal nuansanya, walaupun gedungnya
sudah dipugar habis-habis (eh, emangnya candi). Meski demikian, arsitekturnya
dipertahankan terlihat “bangunan Belanda” banget. Tak heran, banyak turis mancanegara yang mengunjungi restoran
ini. Wisatawan domestik yang penasaran juga berkunjung, termasuk saya, he2.
Sejarah dulu ya, BMC ini
dulunya merupakan satu-satunya pusat pengolah susu di Bandung, bahkan mungkin
di Indonesia, eh belum ding, masih Hindia Belanda waktu itu. Siapa pemiliknya?
Pastilah milik orang Belanda, konon katanya pemiliknya adalah orang Boer seorang keturunan Belanda yang tinggal di Afrika Selatan.
Kata
dosen saya, dulu pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan mengenai pentingnya
mengkonsumsi susu pada awal abad 20an. Belanda yang datang ke Indonesia membawa sapi perah Fresian Holstein (Fries Holland) milik mereka ke Indonesia. Oleh karena Belanda adalah negara beriklim sub tropis, maka sapi perah yang dikirim ke Indonesia hanya bisa beradaptasi di lingkungan yang sejuk dan dingin.Begitulah awal mula masuknya sapi perah dan susu ke Indonesia.
Lantas? Oh pasti hal tersebut menguntungkan BMC. Jadilah BMC
mengalami masa kejayaannya pada masa itu. Bandung Utara dan Bandung Selatan
yang merupakan kawasan pegunungan yang cocok untuk peternakan sapi perah adalah pemasok utama susu ke BMC.
Yah yang punya peralatan pendingin, pasteurizer, ice cream
maker canggih jaman dulu ya cuma orang Belanda toh. Ketika itu, BMC mengolah susu menjadi aneka produk seperti mentega, keju, es krim, dan susu coklat. hmmm, keren.
Namun
seiring berjalannya waktu, Indonesia merdeka. Industri-industri besar
didirikan. Semakin kesini kita mengenal beberapa Industri Pengolahan Susu (IPS)
di beberapa daerah. Kau tahu, tak ada satupun pemiliknya yang merupakan orang
Indonesia. Huft, semuanya lagi-lagi dikuasai asing. BMC sendiri akhirnya justru
berubah menjadi restoran terkenal yang tak hanya menyediakan produk olahan
susu. Serta yang disayangkan, tak ada lagi kebijakan mengenai kewajiban minum
susu setiap hari.
Yah, beginilah adanya. Tak
perlu disesali, tapi coba kita pikirkan bagaimana solusinya. Saya jadi mikir,
minum susu tuh penting nggak sih? PR ya. He2. Believe or not, susu itu disebutkan secara istimewa di dalam Al
Quran. Tak percaya? Lihat aja, surat An Nahl, 66.
Okay, sekarang kita bicara
mengenai menu restoran BMC. Disini disediakan aneka produk olahan susu antara
lain susu pasteurisasi, yoghurt, kefir, dan milkshake. Semuanya tersedia dalam berbagai varian rasa. Ada stroberi,
vanilla, coklat, kopi, mocca, dll. Untuk makanan yang disediakan hampir sama
seperti warung makan yang lain, ada nasi goreng, olahan mie, sup, dll. Harga?
jangan tanya. Baru kali itu saya seporsi makan berharga Rp. 53.000,-. Bagi saya
mahal banget, tapi barangkali memang segitu harga restoran. Ah ya, ada
pajaknya, itu tak boleh kita lupakan kalo makan di sebuah resto.
Well,
overall BMC itu, bangunan tua bersejarah yang romantis, tempat yang
indah untuk menikmati sajian istimewa. Visit
BMC, Jalan Aceh no. 30 Bandung (Samping masjid Al Ukhuwah) sejalan dengan
Crayon’s Craft n co.
Selamat menikmati produk olahan susu BMC
Ayo, gemar minum susu!
Bangsa semakin maju, bangsa semakin bermutu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar